Gajah dan Semut?

        


        Tanggal 12 Februari 2022 adalah waktu pertama kami para pemuda selama pandemi COVID-19 datang hampir 2 tahun ke negeri tercinta kami. Wow!! Lama sekali ya para pemuda kita tak berjumpa, tidakkah mereka rindu untuk beribadah bersama?.  Emm....pasti dari pertanyaan itu ada jawaban ya dan tidak. Hari itu kami yang hadir berjumlah 10 orang. Perjumpaan kami saat itu diawali dengan doa pembukaan, selanjutnya pembentukan admin grup WA yang terpilih adalah Sdri. Didin (merangkap sebagai ketua KPPM), Sdr. Dwi, dan Sdr. Lingga, serta bendahara yang ditunjuk adalah Sdri. Nana. Kegiatan kami berlanjut dengan sharing dan diskusi terkait kegiatan yang akan dilakukan ditiap minggunya. Mengingat pemuda adalah generasi yang aktif dan kreatif maka kegiatan tiap minggunya tidak hanya berkutat pada ibadah saja tetapi akan diadakan kegiatan lain yang seru dan tidak membosankan, hal ini dilakukan dengan harapan dapat menjadi solusi bagi pergumulan pemuda khususnya di GKJW Jemaat Wlingi yang selalu tidak pasti kehadirannya. Pemuda GKJW Jemaat Wlingi memang banyak disibukkan oleh kegiatan mereka sehari-hari yang membuat kami jarang bertemu karena sebagian besar dari kami kuliah dan bekerja di luar kota yang pulangnya tak pasti seminggu sekali. But it’s okay, pergumulan itu adalah salah satu bagian yang melekat dari sebuah kehidupan bergereja sehingga diperlukan diskusi untuk menemukan solusi yang tepat untuk pemuda gereja tetap dapat bertumbuh secara rohani di tengah pergumulan yang sedang kami alami. Kegiatan sharing hari itu berakhir dengan doa yang dipimpin oleh Sdri. Irdiana. 

        Minggu berikutnya pun tiba, tanggal 19 Februari 2022 menjadi titik awal kami para pemuda untuk bersekutu kembali memuji dan merenunngkan Firman Tuhan setelah sekian lama kita di rumah aja karena pandemi COVID-19. Kegiatan kami hari itu, mula-mula jumlah kami ada 7 orang lalu selama kegiatan jumlah kami makin bertambah, hingga berakhirnya kegiatan jumlah kami ada 12 orang. Kegiatan ibadah kami saat itu diawali dengan doa dan latihan bernyanyi lagu berjudul “Berkat KemurahanMu” dengan diiringi gitar oleh Sdr. Lingga. Ibadah kian seru ketika ketua kami yang sekaligus menjadi pelayan ibadah sore itu yaitu Sdri. Diana (atau lebih kita kenal dengan Mbak Didin) membuat suatu permainan namanya “Gajah dan Semut”. Permainan ini sangat sederhana hanya menggambarkan bentuk fisik dari gajah dan semut melalui gerakan dan yang membuat seru adalah ketika konsentrasi kita diuji. Jadi permainannya seperti ini, ketika Mbak Didin mengucapkan kata Gajah, gerakan kita adalah membuat lingkaran besar menggunakan kedua tangan kita dengan berkata besar. Pada saat Mbak Didin mengucapkan kata semut, gerakan kita adalah menunjuk ujung jari telunjuk dengan ibu jari dengan berkata kecil. Ujian konsentrasi pun dimulai, ketika Mbak Didin mengucapkan kata Gajah dan Semut bergantian dengan cepat  kita yang ditunjuk harus siap menebak kata akhir yang diberikan beserta gerakannya. Wah...ternyata tidak semudah yang dibayangkan, meski sudah berkali-kali ditunjuk eh tetap saja ada yang salah dan terciptalah gelak tawa ceria kami. Hahahaha.

        Nah, apa jadinya jika Gajah dan Semut dibalik? Kira-kira apa ya? Apa gerakannya berubah? Atau ucapannya? dan yap!! tepat sekali yang berubah adalah gerakkannya hehehe. Gerakan yang semula tetap digunakan, hanya penggunaannya saja yang berbeda. Jadi, ketika Mbak Didin berkata gajah maka gerakan yang dipakai adalah menunjuk ujung jari telunjuk dengan ibu jari dengan berkata besar, dan ketika Mbak Didin berkata semut maka gerakan yang dipakai adalah membuat lingkaran besar dengan berkata kecil. Awalnya dengan tempo lambat masih tergolong mudah, tapi jika tempo dipercepat yang terjadi tentu kami kesulitan dan banyak melakukan kesalahan baik dari ucapan maupun gerakannya. Permainan ini kami lakukan sebelum dan sesudah mendengarkan Firman Tuhan, gunanya bisa ditebak kan ya agar kita bisa fokus terhadap Firman Tuhan dan lebih rileks. O iya, hampir lupa isi Firman Tuhan yang kami renungkan saat itu terambil dari kitab Efesus yang inti dari renungannya adalah bagaimana kita sebagai pemuda bisa merespon permasalahan yang sedang kami alami dengan berpikir positif. Ibadah kemudian ditutup dengan doa dan tak lupa mengabadikan diri kami lewat jepretan kamera mumpung lagi pakai dresscode. Oke, sekian cerita seru kami pemuda GKJW Jemaat Wlingi. Semoga ke depannya banyak cerita seru yang bisa kami bagikan disini, untuk mengaktifkan kembali para pemuda di era literasi digital. Terima kasih dan selamat membaca!

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Selamat Hari Raya Idul Fitri

Popular Posts